DIALEKTIKA MAHASISWA; Antara GENGSI dan PEKA (OPINI)
Dialektika
adalah Ilmu Pengetahuan
tentang hukum yang paling umum serta mengatur mengenai perkembangan alam,
masyarakat dan pemikiran.Berbicara mengenai mahasiswa sangat sulit
untuk tidak mengaitkannya dengan kampus. Karena keduanya memiliki keterkaitan yang
saling melengkapi antara satu sama lainnya. Apakah benar mahasiswa hanyalah
kaum yang hanya terpaku dengan lingkungan kampus saja? Jawabannya tidak. Mahasiswa
adalah kaum intelektual yang dapat berdedikasi untuk memajukan dan mewujudkan
cita-cita bangsa indonesia. Selain Mahasiswa
berdialektika di ruang kampus, mahasiswa juga perlu membangun dunia dialektika
di ruang organisasi Lokal maupun nasional. Karena peran mahsiswa tak
hanya dalam bidang pengetahuan saja, tetapi perlu yang namanya keahlian dan
pengamalan nyata terjun dalam dunia
masyarakat. Dalam dunia dialektika mahasiswa, mereka diharapkan kritis dan
mampu berdialog dengan keadaan lingkungan sosial dimasyarakat. Membangun dunia dialektika oleh mahasiswa adalah
bagian dari proses saling memberi informasi ataupun saling memberi
ide-ide baru yang mungkin belum di ketahui sesamanya.
Di era yang semakin modern, dunia
dialektika jarang kita temui di kalangan
mahasiswa. Kalaupun ada, itu hanya kita temukan pada mahsiswa tertentu
dan juga pada organisasi kepemudaan. Proses mencari kesejatian diri
bagi seorang mahasiswa tentunya butuh tahapan-tahapan hingga pada
eksistensi diri. Mahasiswa tentunya dalam dunia dialektika membutuhkan
komunikasi yang lebih intens dan reaksioner. Membangun dunia dialektika dengan
siapa saja tidaklah menjadi masalah asalkan mahasiswa tetap memegang
teguh predikatnya sebagai kaum intelektual muda yang sangat jauh berbeda dengan
kaum muda yang bukan mahasiswa.
Dulu suatu kampus dapat besar karena mahasiswanya, sekarang keadaan berbalik dimana mahasiswa ingin besar karena nama kampusnya. Padahal jika kita berfikir secara logis sesuatu itu akan besar tergantung dari dirinya sendiri. Meskipun ia berada dikampus ternama, namun dirinya tak aktif ia akan ketinggalan. Begitu juga sebaliknya jika seseorang berada dikampus yang notabenenya kurang ternama namun dirinya aktif dalam berbagai kegiatan maka dirinya akan mengalami kemajuan dan perubahan kearah yang lebih baik. Sebagian orang berpandangan mahasiswa diharuskan aktif di segala bidang dan jangan sekedar hanya menyibukkan diri dengan urusan pribadinya. Sedangkan sebagian yang lain beranggapan bahwa mahasiswa harus mengutamakan belajar terlebih dahulu karena masih memiliki tanggung jawab untuk belajar sebagai kaum intelektual. Maka, ada satu pandangan yang sama bahwa mahasiswa harus belajar dengan segala kemampuannya dengan selalu aktif membaca dan aktif berorganisasi serta peka atau kritis terhadap permasalahan sosial-politik di masyarakat.
Dulu suatu kampus dapat besar karena mahasiswanya, sekarang keadaan berbalik dimana mahasiswa ingin besar karena nama kampusnya. Padahal jika kita berfikir secara logis sesuatu itu akan besar tergantung dari dirinya sendiri. Meskipun ia berada dikampus ternama, namun dirinya tak aktif ia akan ketinggalan. Begitu juga sebaliknya jika seseorang berada dikampus yang notabenenya kurang ternama namun dirinya aktif dalam berbagai kegiatan maka dirinya akan mengalami kemajuan dan perubahan kearah yang lebih baik. Sebagian orang berpandangan mahasiswa diharuskan aktif di segala bidang dan jangan sekedar hanya menyibukkan diri dengan urusan pribadinya. Sedangkan sebagian yang lain beranggapan bahwa mahasiswa harus mengutamakan belajar terlebih dahulu karena masih memiliki tanggung jawab untuk belajar sebagai kaum intelektual. Maka, ada satu pandangan yang sama bahwa mahasiswa harus belajar dengan segala kemampuannya dengan selalu aktif membaca dan aktif berorganisasi serta peka atau kritis terhadap permasalahan sosial-politik di masyarakat.
Dari hal itulah mahasiswa
dianggap sebagai kelompok kalangan muda yang memiliki peranan dan identitas
diri yang memungkinkan mereka menyampaikan dan mempertahankan
pandangan-pandangan mereka. Mahasiswa dielu-elu sebagai agent of change (agen
perubahan) ataupun agent of
social control. Namun dewasa ini, peran dan fungsi mahasiswa hanya omongan
belaka karena sikap kepedulian mereka terhadap nasib masyarakat mulai mengalami
degradasi sehingga cenderung apatis. Seharusnya mahasiswa harus
mempertanggungjawabkan dirinya sebagai intelektual agent of change. Degradasi
mahasiswa saat ini sebagai representasi pengetahuan dibuktikan dengan rendahnya
peran mereka dalam masyarakat. Yang dipikirkan mereka adalah cara cepat lulus,
mendapatkan IPK baik, dan pekerjaan mapan. Mahasiswa mulai cenderung enggan
berbeda pendapat, berdebat, bersaing, dan berambisi dalam kemajuan. Demikian
juga pemahaman mengenai masalah-masalah sosial-politik, mereka cenderung diam,
tak mau berorasi, turun ke jalan, memperjuangkan kepentingan rakyat kebanyakan.
W.S. Rendra
menyatakan bahwa, "Mahasiswa sebagai generasi muda yang ideal adalah yang
tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat". Oleh karena itu, Mahasiswa
diharapkan dapat menunjukkan potensi yang dimilikinya dengan cara turut andil
di berbagai kegiatan ataupun organisasi serta aktif dan kritis menyelesaikan
masalah yang terjadi di lingkungan sekitar. Sehingga mampu mendengar suara dan
berdialog dengan rakyat (agent
of social control). Selain itu, mahasiswa dapat meningkatkan
kemampuan intelektual sehingga dapat mendiagnosa masalah-masalah kebangsaan dan
akan membawa kemajuan dan perubahan kearah yang lebih baik bagi bangsa
Indonesia.
Komentar
Posting Komentar