EJAAN, RAGAM, KATA dan ISTILAH BAHASA INDONESIA
Ejaan Bahasa Indonesia
Pengertian Ejaan
Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan pelafalan,
pelafazan, pengucapan, penyuaraan, atau penyebutan suatu huruf atau kata, bunyi-bunyi
baik kata, frasa, kalimat, dan lainnya ke dalam bentuk tulisan atau huruf-huruf
serta aturan mengenai tanda baca.
Asal Muasal Ejaan Bahasa
Indonesia
Bahasa Melayu (sebagai cikal-bakal Bahasa
Indonesia) ditulis menggunakan aksara Jawi (arab gundul). Lalu, sejak bangsa
Eropa datang dan berdiam di Nusantara, barulah kita
mengenal apa itu aksara latin. Ejaan latin yang dipakai untuk bahasa
Melayu sudah berubah berkali-kali sesuai dengan kebijakan para penulis buku
pada waktu itu karena alasan politik.
Hal ini membuat, bahasa sama tapi kaidah ejaan latin
beda. Untuk mengatasinya, tahun
1897, seorang linguis Londo (sebutan
orang Belanda) kelahiran Batavia, yang namanya A.A. Fokker berpendapat agar adanya penyeragaman ejaan di antara dua wilayah ini. Hingga akhirnya, Van
Ophuijsen (sistem orthografi) membakukan segalanya tentang Bahasa Melayu.
Prinsip-prinsip yang Mendasari Perubahan Ejaan dalam Bahasa
Indonesia
1. Prinsip kehematan (efisiensi)
2. Prinsip keluwesan
3. Prinsip kepraktisan(penggunaan kata diakritis)
Jenis- jenis Ejaan
1. Ejaan
Van Ophujsen(1901-1947)
Tokoh penting dalam ejaan Ophujsen adalah Charles Adrian van Ophuijsen (Ch. A. van Ophuysen). Ia merupakan salah satu tokoh yang amat berpengaruh dalam tonggak bahasa Indonesia. Ejaan Ophuijsen lahir dari niat
pemerintah kolonial Belanda untuk menengahi keberagaman variasi bahasa Melayu
yang ada di Nusantara saat itu, sekaligus memudahkan Belanda menyebarkan
kekuasaan di daerah kolonisasinya.
Faktor Pendorong Hadirnya Ejaan van Ophuysen
- Bahasa Melayu merupakan cikal bakal BI ditulis menggunakan huruf Jawi (Arab Melayu atau Arab gundul).
- Ancaman militansi umat Islam bagi kolonial Belanda membuat Belanda merasa perlu mengurangi pengaruh Islam-arab di Nusantara.
Ciri-Ciri Ejaan van Ophuysen
- Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai
akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan
diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga
digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
- Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, saja, wajang, dsb.
- Huruf oe untuk menuliskan kata-kata doeloe, akoe, Soekarni, repoeblik (perhatikan
gambar prangko di atas), dsb.
- Tanda diakritis, seperti koma ain dan tanda trema, untuk
menuliskan kata-kata ma’moer, jum’at, ta’(dieja tak), pa’, (dieja pak), dsb.
- Huruf tj yang dieja c saat
ejaan ini dihapuskan, seperti Tjikini, tjara, pertjaya, dsb.
- Huruf ch yang dieja kh, seperti chusus, achir, machloe’, dsb.
2. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) – 1947-1972
Ejaan ini disebut sebagai Ejaan Soewandi karena diresmikan
tanggal 17 Maret 1947 oleh Menteri, Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan saat
itu, yaitu Raden Soeawandi, menggantikan ejaan Ophuijsen. Nama resminya adalah
ejaan Republik, tapi lebih mahsyur dengan ejaan Soewandi.
Faktor Pendorong Lahirnya Ejaan Soewandi
Ejaan Soewandi lahir karena adanya penyimpangan mengenai kebangsaan Indonesia yang sudah merdeka dan ingin
mengikis citra Belanda yang diwakili oleh ejaan Ophuijsen membuat pentingnya
adanya perubahan ejaan di bahasa kita. Apalagi, saat itu Londo iri melihat pencapaian
kemerdekaan mantan negara jajahannya ini hingga datang lagi ke Indonesia
dengan memboncengi sekutu (tahun 1947). Sehingga semakin jelek dugaan
Belanda mengenai ejaan Ophuijsen.
Ciri-ciri Ejaan Soewandi
- Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata doeloe menjadi dulu, akoe menjadi aku,Soekarni menjadi Sukarni,
- Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, pada kata-kata makmur, tak, pak, atau hamzahnya dihilangkan menjadi kira-kira.
- Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada mobil2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
- Awalan di– dan kata depan di keduanya ditulis serangkai dengan kata yang menyertainya. Sehingga penulisan disekolah atau dijalan disamakan dengan dijual atau diminum.
- Penghapusan tanda diakritis atau pembeda antara huruf vokal tengah/yang disebut schwa oleh para linguis atau e ‘pepet’ disamakan dengan e ‘taling’. Misalnya, komputer yang bagi orang Batak dieja sebagai komputer (seperti mengeja e pada kemah) alih-alih komputer (seperti mengeja e pada terbang).
3. Ejaan Pembaharuan (1957)
Faktor Penyebab lahirnya Ejaan
Pembaharuan

Ciri-ciri Ejaan Pembaharuan
- Standar satu fonem dengan satu huruf (misalnya menyanyi: menjanji menjadi meñañi;
atau mengalah: mengalah menjadi meɳalah).
- Isu tanda diakritis diputuskan agar kembali digunakan.
Sehingga, k-e-ndaraan dengan é (seperti
elo mengeja k-e-lainan) yang tadinya ditulis sama
dengan k-e-mah,
akhirnya ditulis berbeda.
- Untuk kata sjarat (syarat) dibedakan menjadi śarat.
- Huruf j yang digunakan pada kata jang (yang) sudah
disepakati ditulis menjadi yang.
- Kata mengapa pun akan dieja menjadi meɳapa.
- Untuk kata-kata berdiftong ai, au, dan oi seperti sungai, kerbau, dan koboiakan dieja dengan sungay, kerbaw, dan koboy.
4.
Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia)
Sejak Kongres bahasa tahun 1954 di Medan dan dihadiri oleh
delegasi Malaysia, maka mulailah ada keinginan di antara dua penutur Bahasa
Melayu ini untuk menyatukan ejaan. Hal yang membuat ejaan ini
kurang seksi adalah perubahan huruf-huruf yang dianggap aneh. Misalnya, kata
“menyapu” akan ditulis “meɳapu”; “syair” ditulis “Ŝyair”; “ngopi” menjadi “ɳopi”; atau “koboi” ditulis “koboy”.
5. Ejaan Baru atau Ejaan LBK
Sebelum adanya EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan,
(sekarang bernama Pusat Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan
LBK). Ejaan ini, sebenarnya lanjutan dari ikhtiar yang sudah dirintis oleh
panitia Ejaan Melindo.
6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EyD)
Ejaan ini diresmikan sejak 16 Agustus 1972 oleh Presiden
Soeharto. Sejak saat itu, munculah perubahan signifikan pada ejaan kita hingga saat
ini. Dimulai dari era Soekarno masih presiden (1954), lalu sempat sudah
ada perubahan melalui Ejaan Pembaharuan (1957), dilanjutkan dengan Ejaan Melindo
(1959) yang akhirnya batal lagi karena Soekarno menyerukan Ganyang Malaysia!.
Meskipun ejaan ini rampung setahun sesudahnya, dan telah
dirundingkan dengan Malaysia (karena sejak 1959 memang kita sudah bersepakat
buat menyamakan ejaan), tapi ejaan ini urung diluncurkan. Karena ejaan ini
mendapatkan kritikan dari segi isu politis. Namun, setelah
Mendikbud mengeluarkan SK tahun 1972 barulah ejaan ini dapat dipakai dan diperkenalkan kepermukaan masyarakat.
Ciri-ciri EYD
- Penggantian ejaan dj menjadi j,
contohnya Djajalah Indonesia!, maka sesuai EYD
diubah menjadi Jayalah Indonesia!.
- Ejaan nj diubah menjadi ny, sehingga
penulisan njonja menjadi nyonya;
- Ejaan kata ch dan menyesuaikan diri menjadi kh. Kalau dulu achirnya, sekarang menjadi akhirnya.
Ragam Bahasa
Ragam bahasa biasa disebut sebagai suatu modifikasi/variasi suatu bahasa yang digunakan berdasarkan cara pemakaian yang berbeda-beda baik itu menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
Keberagaman
Bahasa Indonesia
1) Berdasarkan penutur
- Dialek
- Sosiolek
2) Berdasarkan Sarana
- Lisan
- Tulisan
3) Berdasarkan Pemakaian
- Hukum
- Ekonomi
- Politik
- Teknik
- Militer
- Agama
- Komunikasi dll
4) Berdasarkan Formal-nonformal
- Formal
- Nonformal
5) Ragam Baku dan Ragam Tak Baku
Ragam baku adalah modifikasi yang terdapat dalam KBBI, dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar pemakainnya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka acuan norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam bahasa baku ialah sifat
kecendikiaannya. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa
lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur,
logis, dan masuk akal.
Syarat Ragam baku
a. Kemantapan dinamis
b. Cendikia
c. Seragam
6) Ragam Bahasa Ilmiah dan Non-Ilmiah
Ragam ilmiah terbagi menjadi lisan dan tulisan. Lisan merupakan bunyi bahasa Indonesia yang bebas pengaruh dialek dan logat. Tulisan digunakan untuk keperluan ilmiah/akademik. Serta dalam tulisan diikat dengan aturan.
Ragam Non Ilmiah juga terbagi menjadi lisan dan tulisan. Lisan digunakan dalam percakapan sehari-hari yang bebas dari aturan. Tulisan digunakan untuk keperluan non ilmiah, seperti pribadi, keluarga, sosial, maupun yang lainnya. Dalam tulisan non ilmiah tidak ada aturan yang mengikat sehingga dapat bebas dalam mencurahkan gagasan dalam tulisan.
Kata dan Istilah Bahasa Indonesia
- Definisi Kata
Kata ‘kata’ dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia diambil
dari bahasa Sansekerta yaitu ‘khata’ yang berarti ‘konversasi’,‘bahasa’,
‘cerita’, atau ‘dongeng’, namun dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia kata
‘kata’ mengalami penyempitan arti semantis menjadi ‘kata’.
- Syarat Pemilihan Kata
Makna denotatif adalah makna sebenarnya dalam alam wajar secara
eksplisit.
Makna konotatif adalah makna asosiatif atau disebut makna
kiasan atau makna tidak sebenarnya, makna ini timbul akibat dari adanya sikap sosial, sikap pribadi, dan
kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
2. Makna Umum dan Khusus
Contohnya seperti ikan, dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata
umum, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata
khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.
3. Kata abstrak dan kata konkret.
Kata yang tumpuannya mudah diserap pancaindra disebut
kata konkret.
Jika tumpuan sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata
abstrak, seperti gagasan dan perdamaian.
4. Sinonim
Sinonim adalah persamaan kata, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman dalam sebuah kata
tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan dalam pengertiannya.
5. Kata Ilmiah dan kata popular
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari serapan bahasa asing yang
bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sedangkan yang dimaksud kata populer yaitu kata yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari.
ISTILAH
Secara umum istilah adalah suatu kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau
lambang dalam mengungkapkan makna konsep, keadaan, proses, atau
sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Macam-Macam Istilah
Istilah terdiri dari dua macam yaitu istilah umum dan istilah
khusus. Istilah umum disebut dengan istilah yang unsur bahasanya digunakan
secara umum.
Contoh:
Anggaran belanja.
Penilaian.
Daya.
Radio.
Nikah. Takwa.
Istilah khusus diartikan sebagai istilah yang peenggunaan dan maknanya
terbatas pada suatu bidang tertentu.
Contoh:
Apendektomi Kurtosis
Bipatride
Pleisosen
PERBEDAAN KATA DAN ISTILAH
Perbedaanya terdapat dalam jumlah makna. Dalam kata terdapat
banyak makna. misalnya saya adalah pemenang. Kata saya mempunyai banyak makna.
Bisa bermakna sang pembaca, sang penulis, atau yang lain. Sedangkan istilah
mempunyai satu makna. Misalnya embrio adalah salah satu ilmu yang di pelajari
dalam biologi. Istilah embrio mempunyai arti satu yaitu janin. Dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak dapat menjadi istilah, tetapi semua istilah
dapat menjadi kata.
Komentar
Posting Komentar