COVID-19


اسلا م عليكم ورحمة الله وبر كا ته

Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kepada dzat yang Maha Gofur Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Sholawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada jungjunan kita semua Habibana Wanabiyana Muhammad SAW kepada keluarganya, sahabatnya, para tabiinnya dan mudah-mudahan sampai kepada kita semua selaku umatnya. Aamiin...

Hadirin yang saya hormati
Virus Corona akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat di berbagai belahan dunia. Wabah ini membuat orang-orang menjadi was-was, resah, dan panik.  Coronavirus adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia, beberapa coronavirus diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus dan penyakit baru ini tidak diketahui sebelum wabah muncul di Wuhan, Cina, pada bulan Desember 2019. Hingga kini COVID-19 sudah memakan korban jiwa lima ribu orang lebih. China merupakan negara yang warganya paling banyak tertular. Italia memiliki kasus terbanyak di Eropa serta Iran di Timur Tengah. 

Untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona beberapa negara telah melakukan lockdown. Virus corona bisa disebut bagian dari bencana non alam berupa epidemi atau wabah. Epidemi adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat dimana jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam perspektif ajaran Islam, bencana dapat dimaknai sebagai musibah yang bisa menimpa kepada siapa saja, kapan dan di mana saja. Allah Swt menegaskan dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 155:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar

Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa musibah atau bencana adalah suatu hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia. Bencana, apapun bentuknya, itu merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada manusia. Berbagai peristiwa yang menimpa manusia pada hakikatnya merupakan ujian dan cobaan atas keimanan dan perilaku yang telah dilakukan oleh manusia itu sendiri. Berbagai peristiwa yang menimpa manusia bukanlah persoalan, karena dalam kehidupan pasti akan diuji dengan berbagai persoalan. Peristiwa yang merupakan musibah merupakan takdir Allah. Hanya Allah saja yang mengetahui ketetapan dan ketentuan-Nya. Oleh karena itu, manusia wajib memohon kepada Allah dan berusaha untuk menyikapinya dengan penuh kesabaran. Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya surat al-Anfaal ayat 53:
ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Yang demikian [siksaan] itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merobah sesuatu nimat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merobah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui 

Sebelum virus Corona ini muncul,  sejak masa Nabi Muhammad Saw, bahkan jauh sebelum Nabi diutus, yaitu pada zaman Bani Israil ditemukan sebuah wabah yang dikenal dengan istilah tho'un. Menurut para Ulama, wabah Corona ini tidak bisa dikategorikan tho'un, karena tho'un  lebih khusus dan spesifik dibandingkan dengan wabah, namun walaupun berbeda dari sisi penamaan, penyakit ini sama-sama berbahaya dan menular yang tidak bisa disepelekan.

Dalam Islam disebutkan ada lima Tho'un yang paling berbahaya. Pertama, Tho'un  Syirawaih, kejadian ini pada masa Nabi Muhammad Saw. Selain penyakit kusta, Nabi Muhammad SAW  pernah menghadapi wabah di masa hijrah ke Madinah. Saat itu situasi Madinah dikatakan sangat buruk dengan air yang keruh dan penuh wabah penyakit. Kedua,  Tho'un  Amwas pada masa Umar bin Khattab tahun 17 H, dan ada yang mengatakan pada tahun 18 H telah merenggut lebih kurang 25 ribu nyawa tentara kaum Muslim. Dinamakan dengan Tho'un  Amwas, karena sebelum menyebar ke daerah-daerah lain, wabah tersebut hanya terjadi di daerah Amwas saja. Serta mengakibatkan beberapa sahabat Nabi meninggal. Ketiga, Tho'un  al-Jarif  terjadi pada Ibnu Zubair di al-Kufah pada tahun 49 H.  Lalu 4 tahun berikutnya muncul lagi wabah Tho'un  pada tahun 53 H. Setelah kejadian wabah Tho'un  di al-Kufah, dalam waktu yang tidak terlalu lama, terjadi lagi wabah yang sangat mengerikan di Bashra sekitar tahun 69H. Tho'un  ini dinamakan dengan Jarif, karena ia menyapu manusia sebagaimana banjir besar menyapu bersih tanah-tanah. Ibnu Katsir menerangkan hari pertama masyarakat di Bashra yang meninggal sebanyak 70 ribu, hari keduanya meninggal 70 ribu, hari ketiga 73 ribu, sedangkan pada hari keempatnya seakan-akan semua manusia itu meninggal, kecuali sedikit saja yang masih hidup.Keempat, Tho'un  Fatayat, terjadi pada tahun 87H. Tho'un  ini kebanyakan menyerang para gadis-gadis, sehingga dinamakan Thoun  al-Fatayat, yang bermakna para pemudi. Kelima,Tho'un  al-Asyraf, dinamakan dengan Tho'un  al-Asyraf, karena pada peristiwa ini di antara korban yang meninggal, mayoritasnya adalah manusia-manusia yang terhormat.

Wabah terus berlanjut pada tahun 100 H dinamai Tho'un  Ady bin Arthah, berlanjut pada tahun 107 H terjadi Tho'un  di Syam, kemudian pada tahun 115 H juga terjadi di Syam, kemudian pada tahun 127 H  terjadi Tho'un  Ghurab. Sehingga pada masa-masa tersebut umat Islam memang diuji betul keimanan dan kesabaranya dalam menghadapi berbagai thoun  yang terjadi dari tahun ke tahun berikutnya. Pada bulan Rajab tahun 131 H masih ada Tho'un, yaitu Tho'un Muslim bin Quthaibah, terus berlanjut ke Syaban dan Ramadhan. Wabah ini memakan korban sebanyak hampir 1000 orang perhari dan berkurang pada bulan Syawwal. Semoga saja virus Corona juga yang sedang terjadi saat ini cepat berakhir.

Semua wabah tho'un  tersebut, kebanyakannya terjadi pada masa pemerintahan Bani Umayyah. Wabah penyakit thoun  pada masa itu bukan hanya sekedar di daerah Syam saja. Sehingga para pemimpin bani Umayyah ketika terjadi wabah tho'un  mereka pergi mengungsi ke padang pasir. Pada masa Bani Abbasiyah wabah thoun  sudah mulai berkurang.

Penanganan bencana tidak selalu diserahkan sepenuhnya kepada otoritas pemerintah, kita sebagai anggota masyarakat tidak boleh bersikap masa bodoh dan berdiam diri memikirkan diri sendiri. Sebagai seorang manusia harus saling tolong menolong satu sama lain, tanpa mengenal latar belakang suku, ras maupun agama. Sesama manusia kita harus memiliki sikap empati dan simpati kepada para korban, sehingga kita  senantiasa menjauhkan diri dari sikap menghakimi dan menyalahkan korban. Secara bersama kita perlu membangun kesadaran, pemahaman dan sikap yang sama untuk secara aktif terlibat dalam mencegah penyebaran virus corona semakin meluas, sehingga semakin mempercepat wabah ini berakhir. 

Sebagai seorang muslim berserah diri kepada Allah Swt merupakan suatu keharusan. Memohon agar senantiasa terhindar dari segala penyakit yang berbahaya. Andai pun pada akhirnya tertular maka sikap yang harus dilakukan adalah jangan panik atau marah kepada Allah Swt. Tidak boleh berputus asa dari pertolongan Allah Swt. Virus Corona bukanlah akhir dari segalanya. Semua penyakit tidak akan mendatangkan kematian jika ajal kita belum sampai. Buktinya tidak semua yang tertular mati, bahkan ada yang sembuh. Sebaliknya banyak juga manusia yang meninggal bukan karena tertular virus corona. Inilah makna tawakal kepada Allah Swt. Kita pasrahkan semuanya kepada Allah Swt.
Namun perlu dicatat sikap tawakkal dan diam saja, pasrah tanpa melakukan apapun itu juga salah. Karena Islam mengajarkan konsep tawakal dibarengi ikhtiar (usaha). Selain bertawakal kita juga harus mencari jalan agar wabah corona tidak menjalar kemana-mana. Instruksi-instruksi dari pihak yang berwenang bisa kita laksanakan. Seperti rajin mencuci tangan, memakai masker jika sakit, menyemprotkan disinfektan, menghindari keramaian dan sebagainya.

Pada masa Rasulullah Saw penyakit kusta mewabah dan membahayakan masyarakat. Rasulullah Saw Beliau Saw memerintahkan untuk membangun tembok di sekitar wilayah yang terkena wabah. Beliau juga melarang mereka untuk dekat-dekat dengan penderita kusta. Beliau bersabda:
لاَ تُدِيمُوا النَّظَرَ إِلَى الْمَجْذُومِينَ

"Janganlah kalian terus-menerus melihat orang yang mengidap penyakit kusta" (HR al-Bukhari).

Maka dari itu untuk menghadapi dan mencegah penyebaran virus Corona kita sebagai seorang muslim bisa melakukan hal-hal berikut. Pertama. Memperkuat dan mempertebal keimanan kepada Allah SWT. Iman yang kuat akan menuntunkan kita pada sikap hidup yang optimis dan yakin akan pertolongan Allah. Kita harus senantiasa optimis dalam menghadapi ujian kehidupan. Karena dengan optimisme kita bisa berfikir jernih dan benar. Sehingga dapat menemukan jalan keluar yang tepat sesuai syariat. Bukan semakin menambah masalah dengan kepanikan kita. Bisa jadi ujian ini adalah peringatan bagi kita untuk lebih taat lagi kepada Allah Swt. Karena selama ini masih banyak melakukan kemaksiatan. Belum banyak berjuang untuk kemaslahatan kaum muslimin. Masih memilih-milih syariat-Nya. Atau bahkan enggan menerapkan Islam secara Kaffah. Virus corona juga adalah pelajaran bagi kaum yang yang sombong akan dirinya. Bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah Swt. Tidak ada yang bisa selamat dari peringatan Allah seberapapun hebatnya. Jika Allah menghendaki maka dengan sekejap mata, segala kehebatan serta kekuatan akan musnah. 

Iman yang kuat akan menuntun pula pada sikap sabar. Bersabar bagi seorang muslim hakekatnya adalah kesadaran bahwa keburukan yang terjadi pada dirinya adalah rahmat Allah dan selanjutnya dia akan berusaha untuk merubah kondisi buruk yang dihadapi sekarang untuk menciptakan kebaikan-kebaikan di masa yang akan datang. Seorang muslim yang istiqomah dalam iman kepada Allah, maka akan ditiadakan rasa takut dalam dirinya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Fushilat ayat 30:
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata bahwa Tuhan kami adalah Allah dan mereka istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka dan berkata; janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu memperoleh surga yang telah dijanjikan kepadamu.

Kedua. Mengisolasi diri, menahan diri untuk tidak beraktifitas dengan banyak orang.  Dalam sebuah hadits dari Imam Bukhori diriwayatkan bahwa Umar sedang dalam perjalanan menuju Syam, saat sampai di wilayah bernama Sargh. Saat itu Umar mendapat kabar adanya wabah di wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf kemudian mengatakan pada Umar jika Nabi Muhammad SAW pernah berkata, 
إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

“Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.

Mendengar hadits tersebut, Umar memilih kembali ke Madinah. Keputusan Umar sempat disangsikan Abu Ubaidah bin Jarrah. Dia adalah pemimpin rombongan yang dibawa Khalifah Umar. Menurut Abu Ubaidah, Umar tak seharusnya kembali karena bertentangan dengan perintah Allah SWT. Umar menjawab dia tidak melarikan diri dari ketentuan Allah SWT, namun menuju ketentuanNya yang lain. Jawaban Abdurrahman bin Auf ikut menguatkan keputusan khalifah tidak melanjutkan perjalanan karena wabah penyakit.

Hadits ini mengajarkan bahwa kita harus berusaha menghindari keburukan yang mungkin terjadi dari suatu wabah yang sedang berkembang di suatu wilayah. Sebagai seorang muslim kita dituntut untuk mampu melakukan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana sehingga dapat mengurangi resiko bencana, terutama terkait korban manusia. Adapun terkait kegiatan ibadah di masjid atau mushola. Upaya pembatasan kegiatan ibadah berjamaah dan pengajian di masjid atau mushola bukanlah untuk menjauhkan umat muslim dari masjid. Tetapi justeru ini sebagai ikhtiar menjemput takdir Allah yang lain.

Ketiga. Saling menguatkan dan tolong menolong. Tidak ada seorang pun yang ingin tertimpa musibah, terjangkit virus corona. Tetapi tidak ada seorang pun yang bisa memastikan bahwa dirinya akan terbebas dari virus corona. Untuk itulah setiap orang, terlebih seorang muslim, harus mau untuk saling menguatkan dan  saling tolong menolong satu sama lain. Saling bertukar informasi yang benar. Pada saat lockdown, maka setiap anggota masyarakat bisa saling memberi dan menjaga ketersediaan bahan pokok. Bukan malah memanfaatkan kondisi bencana untuk meraup keuntungan pribadi. Karena wabah penyakit sejatinya tidak pernah diharapkan muncul hingga mengakibatkan kekhawatiran. Namun, selalu ada hikmah dibalik semua ini.

Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Al Hadid: 22-23).
Sekian dan Terima kasih .


اسلا م عليكم وره مة الله وبر كا ته

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSEP MANAJEMEN BENCANA

REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA